Jumat, 18 November 2011

Kenapa blog motivasi dan pengembangan diri ini jarang update konten

Blog ini sudah berusia satu tahun lewat enam bulan, cukup tua umurnya, namun karena jarang update konten peringkat alexanya tak kunjung membaik, dan masih tetap bertengger di posisi jutaan. Dari ranking alexa yang segitu dan total jumlah postingan yang tidak seberapa menggambarkan kalau blog ini benar-benar tidak dikelola dengan baik.

Jarangnya update konten blog ini karena saya lebih disibukkan dengan mengelola blog-blog saya yang lain, yang terus terang diarahkan untuk bisnis online, tidak seperti blog ini yang saya kategorikan sebagai blog motivasi, inspirasi, pengembangan diri, dan artikel seputar Agama Islam.

Pengkategorian yang demikian untuk blog ini memberi pedoman yang jelas kepada saya untuk agar selalu hanya menerbitkan konten original yang tidak beraroma bisnis online.

Tepatnya blog ini sebagai media saya menuangkan buah pikir, hasil renungan tentang hidup dan kehidupan yang saya jalani dengan beragam suka-duka. Dan semoga menjadi masukan bagi pembaca dalam menjalani proses pengembangan diri, dan itulah harapan saya sejak mula menerbitkan blog ini.

Sungguh sebenarnya sangat sulit mengelola banyak blog apalagi dengan topik yang benar-benar beda, belum lagi dengan keharusan menerbitkan konten original, akibatnya blog ini harus dinomor duakan.

Seperti kali ini,  lirik sana lirik sini, mendongak keatas menatap langit-langi kamar dan melihat butiran pasir di lantai yang belum disapu tak jua memunculkan ide yang lebih baik,  jadilah artikel pendek ini saya terbitkan sekedar upaya saya mengisi konten blog ini yang sudah dua bulan tak menerbitkan tulisan.

Jumat, 16 September 2011

Layakkah kita hilang motivasi lalu berputus asa


Koran harian sumatera ekspres terbitan September 2011  menulis tentang Habibie Afsyah, seorang yang memiliki kondisi pisik yang tidak normal seperti kebanyakan orang. Seorang yang lumpuh sejak kecil yang karena kelumpuhannya pastilah kala kanak-kanak tak bisa berlari dan bermain bola kaki dilapangan becek, tak bisa memanjat pohon lalu bergelantungan didahan bersama teman sepermainan kala pulang sekolah. Dan setelah kini remaja dan dewasa harus pula merasa beda dari lingkungan orang-orang banyak seperti kita. Sebuah kondisi yang memilukan untuk ukuran kita yang berpisik normal. 

Dengan semua keterbatasan itu ia masih memiliki motivasi untuk berbuat mengaktualisasikan diri sebagai sosok bersemangat, menyemangati, termotivasi, dan memotivasi generasi seusianya dan kita. 

Dari celah lobang kecil yang tercipta karena keterbatasan nya ia melihat sebuah dunia lain, dunia online sebagai ruang dan media yang memberikan warna pada hidupnya. Dalam harian sumatera ekspres dituliskan bahwa seorang habibie apsyah yang serba kekurangan kondisi pisik bisa berbuat banyak untuk mendapatkan penghasilan jutaan rupiah dalam satu bulan dari aktifitasnya di dunia online.

Tapi dalam artikel ini saya sama sekali tidak bermaksud menceritakan seorang Habibie Afsyah sebagai sosok pebisnis melainkan habibie yang memotivasi. 

Saya sendiri telah terjun berkecimpung di dunia online mengelola blog sejak dua tahun terakhir ini. Dalam kerangka waktu itu ada banyak saat ketika motivasi ngeblog saya redup terkena debu kemalasan dan kejenuhan serta ketidak yakinan akan memperoleh manfaat yang nyata, . Lalu sekuat tenaga yang ada saya memaksa diri berupaya bangkit dan menyalakan lilin motivasi, agar tetap meneruskan aktifitas blogging dan menikmatinya, meskipun  bayang-bayang penghasilan online tak kunjung datang, tapi saya meyakini bahwa bukan semata uang yang saya cari, melainkan juga blogging sebagai cara berbagi dengan orang lain, memberi dan memproses diri agar menjadi pribadi yang lebih baik.

Kalau seorang habibie afsyah yang tidak bisa walau sekedar berdiri dari kursi rodanya tetap bersemangat menjalani hidup dan mengisinya dengan kegiatan yang membawa manfaat, layakkah kita tidak bersyukur atas apa yang kita miliki lalu menyia-nyiakan kenormalan diri kita dengan tidak berbuat apa-apa hanya karena alasan motivasi yang kendor dan putus asa.

Akhirnya terima kasih sumatera ekspres dan sosok Habibie Afsah yang telah menyiram pohon motivasi saya sehingga daunnya yang layu perlahan menjadi hijau segar kembali. Saya kembali merasa optimis akan mendapatkan manfaat nyata dari kegiatan blogging tanpa harus hanya meniliai sebuah sukses diukur dengan sejumlah uang yang didapat dari internet. Dan tak juga saya harus memaksakan diri menetapkan kerangka waktu untuk mencapai apa yang saya inginkan.

Kesuksesan blogging tak hanya diukur dari seberapa besar uang dan pengakuan yang anda peroleh, melainkan juga blogging adalah sebuah proses pengembangan diri menjadi pribadi yang lebih baik.  

Jumat, 15 Juli 2011

Setiap derita kecewa adalah proses menuju pribadi yang lebih baik

Kali ini terpacu menulis karena membaca artikel di blog seorang wanita yang telah berhasil menerbitkan sebuah buku dalam usia yang cukup muda.

Memandang kesuksesan seseorang penulis di usia belia terkadang membuat diri ini merasa tidak berarti. Perasaan terlambat memulai merintis jalan menuju penulis sukses muncul kepermukaan. Pun begitu pula bila membaca kesuksesan blogger pada usia muda lalu diri inipun merasa terlambat mengelola blog.

Tapi haruskah semua ini disesali, karena penyesalan tidak ada artinya, ia tak akan mengembalikan kita pada keadaan yang lebih baik tidak juga membawa kita pada kondisi saat masih merasa lebih remaja.

Ketimbang larut dalam perasaan kecewa, akan jauh lebih baik melanjutkan proses berjalan di jalan yang benar untuk menggapai impian meski harus terlambat karena telat memulai, setidaknya itu lebih baik dari pada harus putus asa lalu berhenti berusaha. Dan ujungnya nanti akan lebih menyesali diri karena tidak pernah memulai. Bukankah tidak menutup kemungkinan bahwa kesuksesan tak harus terlihat sejak muda.

Kalau menganggap kesuksesan haruslah terlihat sejak dalam usia dibawa 30 tahun misalnya sama artinya meniadakan kuasa tuhan yang memungkinkan sesuatu terjadi kapanpun Dia kehendaki, pun begitu pula kesuksesan sebagi penulis, pebisnis atau blogger misalnya, apakah tidak boleh kesuksesan tersebut diraih ketika menjelang senja.

Boleh saja fakta saat ini mengatakan jalan kesuksesan ujungnya hanya dapat dicapai dalam waktu tidak kurang 10 tahun misalnya. Apakah tidak mungkin kuasa tuhan memungkinkan ia bisa ditempuh cukup 2 tahun.
Yang diperlukan adalah mencari jalan pintas atau berlari.

Dengan membesarkan hati dan menguatkan diri mengambil sisi positif dari setiap keadaan kecewa, rendah diri dan perasaan putus asa yang dialami semoga semuanya menjadi api yang menyalakan semangat kita untuk terus mencoba menggapai harapan baik sebagai apapun di dunia offline dan di dunia online.

Mengetahui kelemahan diri tidak musti mengecilkan nyali. karena terkadang kelemahan diri bisa menjadi modal untuk menggali kelebihan yang yang tidak kita sadari. Bukankah tuhan itu maha adil. Tidaklah mungkin dalam satu jiwa terkumpul semua kelemahan dan tak ada sedikitpun kelebihan yang patut dibanggakan.

Kelebihan yang nampak tak berarti di mata kita boleh jadi ia sebuah nilai istimewa di mata orang lain, dan bisa jadi ia adalah modal terbaik untuk sukses. Lalu akankah menganggap tuhan berlaku tidak adil.

Saya sering mendengar kata orang bijak, Sipenanggung derita kesedihan teramat sangat di masa kecil kelak ketika dewasa akan tumbuh menjadi pribadi bijak yang menjadi tempat bertanya.

Sipenanggung derita teramat sangat di masa kecil dan terus berada di jalan takwa hingga dewasa akan menjadi pribadi mulia yang karena kemuliaannya ia mampu menyibak tabir pemisah antara hamba dan sang pencipta. Lalu kalau begitu bukankah derita itu sebuah proses yang harus dijalani, dan karenanya imbalan yang pantas akan diterima.

Bila hidup ini harus dijalani dalam duka tidak berarti ia akan menjadikan kita sebagai pribadi malang yang kemalangan itu membawa kepada ketidaksuksesan dan penderitaan berkepanjangan hingga wafat,

Kelak akan datang saat dimana kita menyadari kemalangan yang pernah dirasa menjadi sebuah bentuk pelatihan dari tuhan untuk membentuk diri kita lebih adil, bijak dan menjadi panutan.

Dengan bersandarkan pada arti kekuasaaan tuhan meskipun dengan harapan yang tipis dan motivasi yang terus terkikis, mencoba dengan cara saya mencapai semua harapan agar kelak diri ini mampu bersyukur dengan cara yang layak dan menanamkan keyakinan dalam jiwa dan raga bahwa semua yang dijalani dalam hidup adalah proses mencapai kemuliaan diri. semoga.

Jumat, 24 Juni 2011

Kasus hukuman mati atas Ruyati binti Satubi

Ada banyak isu skala nasional akhir-akhir ini yang menarik perhatian saya, salah satunya yaitu : kasus hukuman mati atas TKW indonesia di Arab Saudi yang bernama Ruyati binti Satubi.

Sebenarnya saya tidak banyak mengetahui tentang peristiwa hukuman mati untuk TKW Indonesia di Arab Saudi, namun daya tarik kasus seperti itu yang sepertinya bukan pertama kali terjadi sangat menggoda saya untuk menyumbang opini, pemikiran, ide dsb.

Apakah proses hukum terhadap kasus yang menimpa Ruyati binti Satubi dilakukan dengan adil.


Proses hukum di pengadilan di Arab Saudi memutuskan Ruyati binti Satubi memang bersalah karena telah secara sengaja melakukan pembunuhan keluarga  majikannya di Arab saudi, dan untuk itu ganjaran yang harus ia terima adalah hukuman mati (pancung). Dan yang menjadikan kasus ini luar biasa adalah, di Arab saudi Ruyati binti Satubi adalah seorang warga negara asing dan sesuai ketentuan hukum yang berlaku secara Internasional, maka seharusnya pihak KBRI diberitahu dan mengetahui kasus tersebut baik saat proses penahanan, proses pengadilan, hingga terjadinya vonis atas  TKW tersebut karena hal itu terkait dengan perlindungan WNI di negara asing dan penghormatan terhadap WNI sebagai "pekerja" di negara asing.

Lalu terlepas dari apa dan bagaimana kasus "pembunuhan terhadap keluarga majikan" oleh seorang pembantu rumah tangga yang adalah warga negara asing, pihak KBRI sebagai wakil pemerintah Indonesia sudah seharusnya mengambil langkah-langkah untuk melakukan perlindungan hukum terhadap warganya yang ada diluar negeri, setidaknya memastikan proses hukum terhadap TKW berjalan seperti seharusnya sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku.

Memang kita tidak bisa dan tidak boleh berharap sebuah kesalahan bisa diampuni hanya karena sebuah loby tingkat tinggi, namun tidak mengetahui dan tidak mengambil langkah memastikan sebuah proses berlangsung semestinya sesuai dengan kaidah hukum dan agama adalah sebuah kesalahan yang besar.

Kesalahan boleh jadi terjadi di pihak Arab Saudi karena tidak memberitahukan kepada pihak KBRI atas adanya kasus yang menimpa seorang warga negara Indonesia, karena memberitahukan sebuah kasus yang menimpa warga negara asing kepada perwakilan diplomatik sebuah negara merupakan sebuah keharusan.

Namun bisa jadi karena ketidak perdulian pihak KBRI terhadap kasus yang menimpa warga negaranya, dan hanya cukup mempercayai bahwa proses hukum di Arab Saudi untuk seorang warga negara asing pasti berlangsung dengan jujur dan adil.

Hentikan ekspor pembantu rumah tangga.


Ada yang menarik yang saya kutip dari tulisan Mustakim seorang mantan diplomat yang diterbitkan di koran Kompas terbitan Rabu 22 juni 2011 halaman 6.

Mustakim menulis bahwa "seharusnya mereka (Arab Saudi) memberitahukan kepada perwakilan RI di Arab Saudi, terutama mengenai pelaksanaan pemancungan tersebut. Sesuai pasal 36 Ayat (1) Hurup b Konvensi Vienna tanggal 24 April 1963, pemerintah negara penerima (dalam hal ini Arab Saudi) wajib memberitahukan kepada perwakilan negara dari warga negara yang ditangkap, dipenjara, dan pemerintah setempat harus secepatnya mengomunikasikan kepada perwakilan pengirim (dalam hal ini Indonesia) segala sesuatu yang dialami warga negara Indonesia tersebut".

Selanjutnya pada paragraf terakhir Mustakim menulis " lihatlah dalam pemberian visa saja sudah terjadi standar ganda. Dalam kondisi normal, perempuan tanpa muhrim jangan berharap dapat visa ke Arab Saudi. Akan tetapi, TKW yang jelas-jelas tanpa muhrim diberi visa, malah tinggal satu rumah dengan majikannya. Apa karena mereka memang dianggap sebagai budak?. Ini tentu sudah menyangkut harga diri kita sebagai bangsa".

Seandainya kesalahan yang dituduhkan terhadap TKW tersbut memang terbukti benar dan ganjaran yang ia terima sesuai hukum ( dalam hal ini hukum Islam) adalah hukuman mati, kita mau bilang apa. Yang menjadi masalah adalah karena tidak adanya pemberitahuan kepada pihak KBRI atas penangkapan, pemenjaraan, proses pengadilan terhadap sang TKW, dan karena itu pihak KBRI tidak bisa memastikan apakah proses hukum untuk kasus tersebut telah dilakukan dengan adil.

Mengapa atau seberapa perlu pihak KBRI memastikan sebuah proses hukum untuk warga Indonesia yang terjerat kasus hukum di Arab Saudi. Sudah hukum alam bahwa karena kondisi sosial masyarakat indonesia berbeda jauh dengan Arab Saudi dalam hal status kesejahteraan warganegara masing-masing, dan hal itu akan berdampak pada watak, moral, sudut pandang warga negara Arab Saudi terhadap Indonesia. Dan Faktanya adalah : Pernahkah ada warga negara Arab Saudi menjadi pembantu rumah tangga untuk keluarga Indonesia di Indonesia, atau pernahkah ada pemerintah Arab Saudi mengekspor pekerja kasar untuk Indonesia.

Bandingkan dengan apa yang dilakukan pemerintah Indonesia, dengan alasan ekonomi pemerintah terpaksa merestui pengiriman tenaga kerja pembantu rumah tangga yang dipandang pekerjaan sangat rendahan bahkan menurut kebanyakan orang indonesia sendiri, apalagi menurut Arab Saudi yang kaya raya.

Mengirim tenaga kerja rendahan seperti itu malah akan berdampak kian merendahkan nilai sosial bangsa Indonesia di mata mereka (Arab Saudi).

Kedepan pemerintah wajib mencari solusi, dan membuat sebuah sistem yang menjamin hal-hal seperti kejadian TKW dan kejadian lainnya tidak kembali terulang. Atau demi harga diri bangsa hentikan ekspor pembantu rumah tangga. Alam Negeri Indonesia ini
kaya sumber daya alam, tanahnya subur,  mungkin masih ada banyak jalan mencari uang ketimbang mengekpor pembantu rumah tangga kenegeri semacam Arab Saudi yang kaya dan karena kekayaannya merasa diri lebih tinggi dari Indonesia.