Jumat, 19 November 2010

Perbedaan kembali terjadi dalam menentukan hari raya idul adha

Umat muslim di kota saya sudah melaksanakan shalat ied pada tanggal 16 dan 17 nopember yang lalu, selamat bagi mereka yang telah berkorban dengan segala penuh keihklasan hati semata mengharap ridha ilahi.

Semoga amal kurban yang telah mereka lakukan mendapatkan ganjaran yang semestinya, sesuai dengan niat dari dalam hati masing-masing.

Postingan kali ini saya tidak membahas tentang kurban atau penyembelihan hewan kurban. Saya hanya terinspirasi untuk menulis berdasarkan kisah berikut ini :

Ceritanya begini. Tanggal 14 nopember yang lalu teman saya datang kerumah dan mengundang saya agar hadir pada  tanggal 16 nopember ke tempat tinggalnya untuk ikut membantu proses penyembelian dan pembagian hewan kurban. Namun karena saya tidak libur kerja pada tgl tersebut saya terpaksa tidak dapat hadir.

Kebetulan adik saya yang hadir di sana. Dari sang adik saya mendapatkan cerita ini. Ada pertanyaan ringan yang diajukan sang teman kepada adik saya , "apakah anda sudah berlebaran hari ini ?", adik saya menjawab: "belum, aku belum shalat ied hari ini", yang lain menyambung: "ya dia khan lain, besok lebarannya", adik saya berkata: "saya tidak Muhammadiyah juga tidak NU,  tapi saya bisa juga dikatakan Muhammadiyah juga NU, sebab saya baru besok shalat ied, tapi setiap shalat jum'at saya shalat di masjid Muhammadiyah", yang lain berkomentar : "oh tidak bisa seperti itu. kalau Nu ya ikut cara NU kalau Muhammadiyah ya ikut keputusannya Muhammadiyah".

Demikian cuplikan singkat dari rangkaian dialog antara adik saya dengan sang teman dan beberapa orang yang hadir di acara pemotongan hewan kurban tanggal 16 nopember yang lalu.

Disini, saya tidak membahas apapun tentang NU atau Muhammadiyah, dua organisasi keagamaan yang memilik massa paling besar di republik ini, dalam hal seringnya berbeda dalam penetapan tanggal untuk dua hari raya yaitu hari raya idul fitri dan idul adha.

Terlalu sering di media massa dijelaskan bahwa masing-masing organisasi tersebut menetapkan tanggal kedua hari raya berdasarkan dalil yang sama-sama kuat. Dan sayangnya kedua organisasi tersebut sering berbeda keputusan.

Sebagai seorang awam yang tidak memiliki kemampuan apa-apa untuk terlibat dalam menentukan tanggal hari raya, saya terpaksa mengikuti keputusan pemerintah, terlepas dari fakta bahwa saya tidak mengetahui diantara dua keputusan diatas yang mana yang benar dan yang mana yang salah, kalau ada yang benar pasti yang satunya salah. Tidak mungkin kedua-duanya benar, karena hari raya baik idul fitri maupun idul adha di kota tempat saya tinggal masing-masing hanya satu hari saja.

Muslim di dunia ini hanya memiliki satu orang Rasulullah yang membawa ajaran Islam,  yang menjadi suri tauladan yang kepadanya lah kita harus patuh tanpa pertanyaan dan dari beliaulah kita tahu cara melakukan hubungan dengan Allah dan hubungan dengan mahluk Allah. Tapi kenapa kita yang memiliki Penuntun yang sama dan memiliki qur-an yang sama, tinggal di kota yang sama harus berbeda tanggal hari raya.

Demi untuk persatuan umat islam kita memang harus mengakui di mulut kita bahwa baik hari raya idul adha taggal 16 Nopember 2010, maupun hari raya idul adha tanggal 17 nopember 2010 kedua-duanya benar.

Semoga hati dan pikiran umat muslim sedunia diberi cahaya yang terang, yang menuntun kepada bersatunya paham, satu keputusan, satu pemimpin yang dipatuhi dalam beribadah kepada Allah SWT.

 "Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan ULIL AMRI diantara kalian"