Selasa, 10 Agustus 2010

Abu Bakar Ba'asyir dan Syariat Islam

Kembali Abu Bakar Ba'asyir ditahan karena dianggab tersangkut kasus terorisme. Menarik sekali menurut saya menggali informasi tentang pribadi Abu Bakar Ba'asyir, pemahamaannya tentang syariat islam dan bagaimana menurut beliau penerapan syariat Islam dalam keseharian. Namun saya tidak bisa bicara banyak mengenai Abu Bakar Ba'asyir cukup dua paragraf dibawah ini yang mungkin bisa menggambarkan siapa Abu Bakar Ba'asyir :

Mengenai stempel bahwa dirinya merupakan tokoh Islam garis keras, Ustaz Abu mengakui hal tersebut. Namun, tegasnya, keras bukan dalam artis fisik, tapi keras memegang teguh syariat, keras memegang prinsip. "Jadi, kalau sudah menyangkut soal syariat, enggak mau kompromi. Karena, (kalau kompromi) itu batil," tandas mantan Amir (Ketua) Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) yang sekarang memimpin Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) ini.

Dia pun menjelaskan bahwa yang dimaksudkan garis keras adalah pihaknya mengajukan sesuatu yang tidak bisa ditawar, yang harus dilaksanakan, yaitu syariat Islam, namun pelaksanaannya menurut kemampuan. "Tapi enggak boleh ditawar. Umpamanya sudah mampu (menjalankan), lalu masih ditawar lagi, ndak boleh. Kalau sudah mampu, ya harus dilaksanakan. Itu yang dinilai keras," papar Ustaz Abu. (Kompas.com/10 Agustus 2010)

Abu Bakar Ba'asyir bila dilihat sebagai seorang ulama adalah sebagaimana ulama lainnya yang dalam kacamata awam adalah orang yang sering memberikan ceramah di masjid dan tempat lainnya dan tempat bertanya umat tentang ajaran Islam. Dan sebagai seorang yang sudah dianggab sebagai ustad atau kiyai atau Ulama oleh masyarakat tentu saja beliau telah memiliki pengetahuan yang cukup mendalam tentang perintah Allah yang tertuang dalam Alqur-an dan ajaran Muhammad SAW yang ada di dalam hadist shahih. Itu makna sederhana tentang seorang ulama, ustadz, kiyai dll apapun sebutannnya.

Tetapi tidak ada seorangpun yang bisa menganggap dirinya benar-benar memahami dan mendalami ajaran Islam yang kata-katanya harus dibenarkan, kenapa demikian ?, jawabannya sederhana karena ia atau mereka adalah ulama yang hanya diangkat/degelari/dijuluki/dianggab/diyakini keimanannya dan ilmunya oleh manusia bukan oleh TUHAN. Disini perbedaannya sangat jelas dengan Nabi, Rasul yang ia diangkat/digelari/dijuluki/disahkan oleh TUHAN. Maka dari itu seorang Nabi, Rasul kata-katanya mutlak benar.

Setelah berahirnya era Kerasulan dalam kalangan manusia, yang mana Nabi Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul terakhir, maka umat kehilangan tempat bertanya tentang segala hal dalam agama, yang jawabannya atas pertanyaan apapun yang diajukan umat harus dibenarkan dan dilaksanakan. Setelah rasul meninggal penerus kepemimpinan umat islam jatuh pada Empat Khalifah (khulafaurrasyidin) dan umat menganggap keempat khalifah tersebut tempat bertanya selain kepada Sahabat terdekat nabi yang jawaban mereka dibenarkan dan diikuti.

Lalu setelah berakhirnya era khulafaaurrasyidin tempat bertanya berikutnya adalah Ulama-ulama ternama masa Bani Umayyah dan Bani Abbasyiah. Pada masa itulah muncul nama-nama seperti Imam Khanafi, Imam Maliki, Imam syafi'i, Imam Hambali,  Imam Ja'far al shadiq dan hingga kini ajaran merekalah yang diikuti oleh sebagian besar umat islam di seluruh dunia.

Namun semua Ulama, Imam pada masa setelah wafatnya rasul tidak ada yang diangkat/dijuluki/dianggab/disahkan oleh TUHAN sebagai tempat bertanya yang jawabannya harus dianggab benar dan dipatuhi. Kenapa ?, karena mereka semua hanya diangkat/dujuluki/dianggab/disahkan oleh manusia biasa (bukan oleh Nabi bukan pula Rasul) dan tidak ada perintah yang jelas dalam Alqur-an tentang kewajiban mentaaati perintah dan mengikuti ajaran mereka, Entah kalau diantara mereka ada yang termasuk dalam kategori Ulil Amri Minkum pada ayat yang artinya "Taatlah kepada Allah dan Taatlah kepada Rasul dan Ulil Amri diantara kalian" dan ayat diatas adalah sebuah perintah ALLAH SWT.

Umat hanya menggali hadis-hadis Rasul yang menjadi rujukan dalam memperoleh jawaban atas segala pertanyaan tentang ajaran-ajaran Islam bilamana tidak ada petunjuk yang jelas dalam Alqur-an.

Timbul pertanyaan yang mungkin lucu, apakah Abu Bakar Ba'asyir termasuk seorang yang ajarannya harus dipatuhi dan dibenarkan, yang banyak dari murid-muridnya dianggab pelaku tindakan terorisme. Dan pertanyaan aneh lain lagi apakah dibenarkan oleh Islam tindakan terorisme yang menurut pelakunya adalah sebuah perbuatan yang terpuji?.

Andai saja saat ini ada manusia agung, manusia mulia yang memimpin umat islam ini yang kepemimpinannya syah dan ajarannya pasti benar.
Andai saja Rasulullah Muhammad SAW menunjuk seorang manusia penggantinya memimpin umat ini, yang ia memiliki kadar keimanan dan keilmuan sehingga menjadi manusia yang harus dipatuhi.
Andai saja umat islam seluruh dunia ini bersatu dalam satu kepemimpinan dalam rangka pengabdian kepada ALLAH SWT.


2 komentar:

Posting Komentar